Soal BBM

Negosiasi Shell dan Vivo dengan Pertamina Soal BBM Masih Berjalan

Negosiasi Shell dan Vivo dengan Pertamina Soal BBM Masih Berjalan
Negosiasi Shell dan Vivo dengan Pertamina Soal BBM Masih Berjalan

JAKARTA - Ketiadaan stok bahan bakar minyak (BBM) di sejumlah SPBU swasta seperti Shell dan Vivo masih berlanjut hingga awal November 2025. 

Situasi ini menimbulkan pertanyaan di kalangan pengguna setia kedua merek tersebut, terutama setelah lebih dari dua bulan pasokan bensin tidak tersedia di berbagai titik layanan mereka.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menegaskan, penyebab utama kelangkaan adalah habisnya kuota impor BBM yang dimiliki oleh kedua perusahaan. Pemerintah kini tengah berupaya mempercepat proses kerja sama antara SPBU swasta dan PT Pertamina (Persero) agar distribusi BBM kembali normal.

Kuota Impor Habis, Pemerintah Buka Akses Beli BBM dari Pertamina

Kondisi kekosongan stok di SPBU Shell dan Vivo terjadi sejak akhir Agustus 2025. Kedua perusahaan itu tak lagi memiliki kuota impor BBM murni atau base fuel, yang sebelumnya digunakan untuk memenuhi kebutuhan pasokan di dalam negeri.

Sebagai langkah darurat, pemerintah melalui Kementerian ESDM memberikan izin kepada SPBU swasta untuk membeli base fuel dari Pertamina. Langkah ini diambil agar suplai bahan bakar tidak sepenuhnya bergantung pada impor dan agar konsumen tetap dapat terlayani.

Namun hingga kini, belum semua perusahaan swasta menyetujui skema tersebut. SPBU BP-AKR, yang dikelola oleh PT Aneka Petroindo Raya (APR), menjadi satu-satunya pihak swasta yang sudah menyepakati kerja sama dengan Pertamina. Mereka menandatangani pembelian 100.000 barel BBM murni dari perusahaan pelat merah tersebut.

Sementara itu, Shell dan Vivo masih dalam tahap negosiasi. Proses ini mencakup pembahasan harga, mekanisme pasokan, dan kesesuaian standar bahan bakar dengan kebijakan masing-masing perusahaan.

ESDM: Negosiasi Masih Berlangsung, Masyarakat Diminta Sabar

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) Kementerian ESDM, Laode Syarif, menjelaskan bahwa pembicaraan antara Pertamina dan kedua SPBU swasta tersebut masih terus berjalan. Pemerintah, kata dia, ikut mengawal prosesnya agar segera ditemukan titik temu.

“Tahapan negosiasinya yang pasti sedang berlangsung,” ujar Laode saat dihubungi pada Rabu (5/11/2025).

Laode belum dapat memastikan kapan negosiasi tersebut akan selesai dan pasokan BBM di SPBU Shell dan Vivo bisa kembali normal.

“Sedang berlangsung ya, kita tunggu saja,” katanya singkat.

Pernyataan itu mengisyaratkan bahwa pemerintah tetap berperan aktif sebagai mediator, meski keputusan akhir bergantung pada kesepakatan bisnis antara pihak swasta dan Pertamina.

Pertamina: Proses Masih On Progress

Dari sisi perusahaan penyedia bahan bakar nasional, Pertamina Patra Niaga juga membenarkan bahwa pembahasan dengan pihak Shell dan Vivo belum mencapai kesepakatan final.

Pj Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga, Roberth MV Dumatubun, menuturkan, pembicaraan antara pihaknya dan SPBU swasta masih dalam proses.

“Masih on progress ya untuk yang lainnya, masih dalam negosiasi sampai deal,” jelas Roberth.

Pertamina, menurutnya, berkomitmen untuk tetap membuka ruang kerja sama dengan seluruh SPBU swasta demi menjaga keseimbangan suplai energi nasional. Namun, prosesnya harus tetap memperhatikan aspek bisnis yang wajar serta kepatuhan terhadap regulasi pemerintah.

Langkah ini juga menjadi bagian dari strategi ESDM dalam memperkuat ketahanan energi nasional, dengan mendorong sinergi antara perusahaan pelat merah dan pemain swasta di sektor hilir migas.

Shell Indonesia: Masih Bahas Aspek Komersial dengan Pertamina

Sementara itu, Shell Indonesia secara terbuka mengonfirmasi bahwa mereka belum mencapai kesepakatan bisnis dengan Pertamina terkait pembelian base fuel.

President Director & Managing Director Mobility Shell Indonesia, Ingrid Siburian, menyatakan bahwa pihaknya masih terus berkomunikasi dengan Pertamina Patra Niaga serta pemerintah untuk membahas berbagai aspek teknis dan komersial dari kerja sama tersebut.

“Shell Indonesia ingin menginformasikan bahwa saat ini belum mencapai kesepakatan business-to-business (B2B) terkait aspek komersial untuk pasokan base fuel dari Pertamina Patra Niaga. Pembahasan B2B terkait pasokan impor base fuel terus berlanjut,” ungkap Ingrid.

Ingrid menegaskan, Shell berkomitmen memastikan setiap produk BBM yang dijual di jaringan SPBU mereka memenuhi standar keselamatan dan mutu global Shell.

“Kami berkoordinasi dengan pemerintah terkait dan pemangku kepentingan lainnya agar produk BBM jenis bensin tersedia kembali di jaringan SPBU Shell sesuai dengan standar keselamatan operasional, prosedur pengadaan, serta standar bahan bakar berkualitas tinggi Shell secara global,” ujarnya.

Shell juga berupaya agar pasokan BBM dapat segera pulih tanpa mengorbankan standar lingkungan dan keamanan yang telah menjadi ciri khas operasional mereka di berbagai negara.

Kapan Pasokan Normal? Semua Bergantung Hasil Negosiasi

Hingga kini, publik masih menunggu kepastian kapan BBM di SPBU Shell dan Vivo akan kembali tersedia. Baik Kementerian ESDM maupun Pertamina belum dapat memberikan target waktu pasti.

Pemerintah berharap, kesepakatan B2B antara perusahaan swasta dan Pertamina bisa segera tercapai agar masyarakat tidak kesulitan mendapatkan alternatif bahan bakar selain dari SPBU milik Pertamina.

Langkah pembelian base fuel dari dalam negeri diharapkan juga dapat memperkuat ketahanan energi nasional, mengurangi ketergantungan terhadap impor, dan menciptakan pasar yang lebih stabil di sektor hilir migas.

Untuk saat ini, konsumen diminta bersabar dan mengandalkan pasokan dari SPBU Pertamina yang masih beroperasi normal di seluruh wilayah Indonesia.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index