Tarif AS Tekan BMW dan Produsen Otomotif Jerman Lain

Kamis, 06 November 2025 | 17:01:29 WIB
Tarif AS Tekan BMW dan Produsen Otomotif Jerman Lain

JAKARTA - Gelombang tarif tinggi yang diberlakukan Amerika Serikat terhadap mobil asal Eropa mulai mengguncang fondasi industri otomotif Jerman. 

Setelah Volkswagen dan Mercedes-Benz lebih dulu melaporkan penurunan tajam laba, kini giliran BMW mengonfirmasi dampak signifikan kebijakan tersebut terhadap kinerja keuangannya.

Dalam laporan keuangannya, BMW mengumumkan bahwa lonjakan tarif AS telah memangkas pendapatan dan margin keuntungan secara substansial. Laba operasional grup — atau earnings before interest and taxes (EBIT) — turun 16,2 persen secara tahunan (year-on-year) menjadi 8,06 miliar euro pada sembilan bulan pertama 2025. Dengan kurs 1 euro sekitar Rp19.216, penurunan ini setara dengan kerugian triliunan rupiah bagi produsen otomotif ternama tersebut.

Walaupun pelemahan pada sembilan bulan pertama ini tidak separah paruh awal tahun ketika EBIT sempat merosot 26,8 persen, kondisi pasar tetap menekan performa perusahaan. Sebagian pemulihan baru tampak pada kuartal ketiga, terutama karena perbandingan basis tahun sebelumnya yang cukup rendah akibat tingginya biaya produksi dan gangguan pasokan komponen pengereman.

Tarif AS Pangkas Margin Keuntungan dan Arus Kas BMW

BMW mencatat peningkatan pengiriman global sebesar 2,4 persen dari Januari hingga September, terutama berkat lonjakan permintaan kendaraan listrik. Namun, pertumbuhan volume itu tidak cukup untuk menahan penurunan pendapatan sebesar 5,6 persen yang hanya mencapai sekitar 100 miliar euro. Sementara itu, laba bersih perusahaan anjlok menjadi 5,7 miliar euro, menandai tekanan serius dari kebijakan perdagangan baru AS.

Menurut Walter Mertl, anggota Dewan Manajemen BMW yang membawahi bidang keuangan, tarif tinggi yang diberlakukan Washington telah memangkas margin EBIT segmen otomotif perusahaan sekitar 1,75 poin persentase pada kuartal ketiga. Ia memperkirakan dampak total dari kebijakan tarif tersebut mencapai sekitar 1,5 poin persentase untuk keseluruhan tahun ini.

“Tarif juga menekan arus kas bebas (free cash flow) BMW, yang kini diperkirakan hanya sekitar 2,5 miliar euro pada 2025, turun dari proyeksi sebelumnya yang lebih dari 5 miliar euro,” jelas Mertl dalam laporan resminya.

Dengan kondisi tersebut, BMW kini memproyeksikan margin EBIT 2025 hanya akan berada pada kisaran 5 hingga 6 persen, jauh di bawah target awal yang lebih optimistis.

Tekanan Tarif Belum Usai Meski Penurunan Telah Disepakati

Krisis laba BMW tidak datang secara tiba-tiba. Sejak Amerika Serikat menaikkan tarif impor mobil dari Uni Eropa sebesar 25 persen pada awal April 2025, beban besar langsung menghantam para produsen otomotif Jerman yang memiliki pasar kuat di Amerika Utara.

Meskipun pada akhir Juli 2025 Washington dan Brussel akhirnya mencapai kesepakatan untuk menurunkan tarif menjadi 15 persen, industri otomotif Jerman menilai kebijakan baru itu tetap menekan daya saing mereka. 

Asosiasi Industri Otomotif Jerman (VDA) memperingatkan bahwa level tarif tersebut masih tergolong memberatkan dan berpotensi menyebabkan kerugian substansial bagi sektor otomotif dalam jangka panjang.

“Kesepakatan tarif baru tidak serta-merta meringankan tekanan. Dalam kondisi makroekonomi global yang melambat, biaya impor tambahan sekecil apa pun dapat menggerus margin dan memperlambat investasi,” ujar perwakilan VDA dalam pernyataan terpisah yang dikutip media lokal.

Volkswagen dan Mercedes-Benz Alami Nasib Serupa

Sebelum laporan BMW dirilis, dua raksasa otomotif Jerman lainnya telah lebih dulu melaporkan hasil keuangan yang tertekan akibat kebijakan tarif AS. Volkswagen, produsen mobil terbesar di Eropa, melaporkan laba operasional hanya sebesar 5,4 miliar euro selama tiga kuartal pertama 2025 — anjlok 58 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Penurunan penjualan di Amerika Utara mencapai 11 persen, mempertegas dampak negatif kebijakan perdagangan baru terhadap ekspor mobil Jerman. Arno Antlitz, Chief Financial Officer sekaligus Chief Operating Officer Volkswagen, mengungkapkan bahwa kebijakan tarif AS dan efek volume penjualan yang menurun telah membebani perusahaan hingga 5 miliar euro dalam satu tahun penuh.

“Dampak tersebut akan terus berlanjut,” kata Antlitz singkat, menandakan bahwa tekanan belum akan mereda dalam waktu dekat.

Berbeda dengan Volkswagen dan BMW yang memiliki fasilitas manufaktur di AS, Mercedes-Benz justru lebih terpukul karena tidak memiliki pabrik perakitan di wilayah tersebut. Akibatnya, perusahaan harus menanggung beban bea impor penuh atas setiap unit yang dikirim ke pasar Amerika.

Mercedes melaporkan laba bersih hanya 3,88 miliar euro selama sembilan bulan pertama 2025 — turun hingga 50 persen dibandingkan tahun lalu. Dalam laporan pendapatannya, pihak perusahaan menyebut kebijakan tarif AS serta faktor-faktor makroekonomi global sebagai sumber ketidakpastian yang semakin membebani prospek bisnis mereka.

Ketegangan Dagang AS–Eropa Jadi Tantangan Serius

Ketegangan dagang antara AS dan Uni Eropa kini menjadi perhatian serius para pelaku industri otomotif global. Bagi Jerman, yang selama ini mengandalkan ekspor mobil sebagai tulang punggung ekonomi nasional, kebijakan proteksionis AS berpotensi mengganggu stabilitas rantai pasok dan merusak investasi jangka panjang.

Meski permintaan kendaraan listrik terus meningkat, margin keuntungan tetap tergerus oleh tarif dan biaya logistik yang lebih tinggi. Kondisi ini membuat para produsen harus meninjau kembali strategi global mereka, termasuk kemungkinan memindahkan sebagian produksi ke wilayah lain yang lebih ramah perdagangan.

Para analis memperkirakan bahwa jika situasi tarif tidak segera diselesaikan melalui diplomasi ekonomi, industri otomotif Eropa — khususnya Jerman — akan menghadapi periode tekanan yang lebih panjang, dengan potensi penurunan laba hingga dua digit dalam beberapa tahun mendatang.

Untuk saat ini, BMW, Volkswagen, dan Mercedes-Benz sama-sama berupaya menjaga daya saing dengan mempercepat transformasi ke arah elektrifikasi dan efisiensi produksi. Namun, tanpa perbaikan dalam kebijakan perdagangan internasional, langkah tersebut hanya akan menahan laju penurunan, bukan menghapus dampak tarif yang telah menggigit dalam

Terkini

Cara Mengecek Garansi iBox Asli/Tidak dan Masa Berlakunya

Kamis, 06 November 2025 | 20:54:02 WIB

Cara dan Syarat Kredit Laptop di Erafone

Kamis, 06 November 2025 | 20:54:01 WIB

Cara Bayar Tagihan IndiHome Blibli, Semudah Belanja Online

Kamis, 06 November 2025 | 20:53:56 WIB